Salah satu obyek wisata andalan di Bukittinggi, Sumatera Barat yang saya dan rombongan Komunitas WEGI (We Green Industry) kunjungi, pada Maret 2016 kemarin adalah Lobang Jepang. Ini adalah tempat dimana tentara Jepang melakukan pertahanan. Karenanya, ia menjadi saksi bisu sejarah pendudukan Jepang, pada sekitar 1942 – 1945.
Dari Padang, menuju ke lokasi ini adalah sekitar dua jam. Lobang Jepang berada di Bukit Sianok, yang termasuk dalam kawasan obyek wisata “Taman Panorama dan Lobang Jepang” di Jalan Panorama, Bukittinggi. Akses masuk ke Lobang Jepang adalah melalui pintu masuk Taman Panorama. Tiket masuknya Rp 8.000 untuk hari libur, dan Rp 5.000 pada hari biasa.
Katanya, sempat dibuka juga pintu masuk ke Lobang Jepang melalui sisi samping Istana Bung Hatta, dan arah Jalan Ngarai Sianok. Tapi kini, kedua akses masuk ini sudah tak difungsikan lagi!
Ada beberapa peraturan yang harus diketahui sebelum masuk ke Lobang Jepang. Aturan ini ditempel petugas di kaca loket tiket masuk. Yaitu:
- Jam buka loket tiket masuk (07.30 – 18.00 wib).
- Jam buka Lobang Jepang (07.30 – 18.30 wib).
- Bagi pengunjung Lobang Jepang yang berpasangan agar menjaga kesopanan selama berada di dalam Lobang Jepang.
- Jasa tour guide tidak termasuk dalam pembayaran tarif retribusi obyek wisata.
- Tour guide yang resmi mengenakan kokarde dan berada dibawah naungan HPI atau Himpunan Pramuwisata Indonesia. (Kokarde adalah pita atau bunga tertentu yang disematkan di dada sebagai penanda/pengenal khusus).
Lobang Jepang berukuran panjang 1,5 kilometer. Tapi, yang dapat diakses oleh pengunjung hanya 750 meter saja. Meski hanya separuhnya, pengunjung akan tetap dapat merasakan bagaimana sensasi bergidik selama berada di kedalaman lobang yang berbentuk setengah lingkaran dengan tinggi sekitar dua meter.
Jangan berpikiran bahwa ketika berada di dalam Lobang Jepang suasananya akan gelap, pengap dan membuat sesak nafas. Justru sebaliknya, aliran udara seperti tersirkulasi dengan baik, tidak sumpek, tidak pengap apalagi panas. Cuma memang, kalau ada pengunjung yang tidak tertib alias merokok, maka seisi lobang akan seperti beraroma asap rokok.
Untuk urusan merokok di dalam Lobang Jepang ini, hendaknya pengelola tegas. Cabut izin tour guide apabila justru mereka yang merokok, atau kenakan sanksi denda yang berat kepada pengunjung yang terbukti merokok selama berada di dalam Lobang Jepang.
Sebenarnya, tak ada kesan horor selama berada di dalam Lobang Jepang yang diameter lorongnya berukuran 3 x 4 meter ini. Karena sepanjang lorong ‘toh sudah diberi penerangan yang cukup. Belum lagi, lantai pijak selama berada di dalam lobang yang sudah dilapisi paving block. Sejumlah dinding dan langit-langit bahkan sudah dilapisi semen keras. Tapi, pada beberapa bahagian lorong ada yang dibiarkan seperti bersekat-sekat dan ‘telanjang’ tanpa lapisan semen. Kesannya, jadi masih asli seperti layaknya masa lalu.
Oh ya, ketika memasuki Lobang Jepang, kita akan menuruni banyak anak tangga yang lumayan curam. Tapi untungnya ada pegangan tangan yang terbuat dari besi chrome di tengah-tengahnya. Eh, konon ada 132 anak tangga yang harus kita turuni. Banyak amat? Yaiyalah, karena diperkirakan kedalam Lobang Jepang ini saja mencapai 40 meter dari permukaan tanah.
Ada banyak ruangan-ruangan di dalam Lobang Jepang. Mulai dari ruang penyimpanan amunisi, ruang sidang, ruang penjara, ruang dapur, ruang pengintaian pada bagian atas, dengan lubang kecil tepat di bawahnya. Kata tour guide yang mendampingi rombongan, lubang kecil inilah yang biasa dijadikan sebagai tempat untuk membuang mayat para tahanan yang mati akibat siksaan bertubi-tubi selama dalam penjara. Terus, mayatnya gimana? Ya, lewat lubang kecil itu mayat dibuang dan langsung mengarah ke Sungai Sianok. Artinya, mayat dibuang dan dihanyutkan ke sungai. Wuiihhhh … sadis lo’ Nippon!
Ada banyak lorong-lorong lain yang beberapa sudah diberi pintu teralis dan kerangkeng besi. Di dalam lorong ada meja dan kursi-kursi yang sengaja dipersiapkan. Kata petugas tour guide, rencananya di lorong itu akan dibuat semacam cafe. Hah? Bikin cafe di Lobang Jepang? Atuh, bisa pesan kopi sama teh manis hangat nih.
Akses keluar dari Lobang Jepang adalah lorong yang menyembul di sisi yang mengarah ke Ngarai Sianok. Nah, jangan berpikir bahwa petualangan sudah selesai. Karena, untuk kembali ke Taman Panorama — tempat dimana tadi pengunjung mulai masuk Lobang Jepang — harus menaiki banyak anak tangga. Hah! Bikin capek! Belum lagi, pemandangan tak sedap berupa sampah-sampah yang dibuang sembarangan pada beberapa bahagian anak tangga. Duuhhhh ... rasanya, kebersihan harus lebih diperhatikan pada sisi ini.
Selain itu, ketika di dalam Lobang Jepang, ulah tangan-tangan jahil — vandalis sejati — sangat merusak pemandangan. Banyak tulisan-tulisan yang sengaja digores pada dinding-dinding lorong Lobang Jepang. Haddeeuuuuhhhhh … kalau Lobang Jepang-nya kotor, rusak dan jorok, siapa pula yang sudi datang lagi berkunjung ke sini. MIKIR!!!!
Berikut adalah foto-foto selama blusukan di Lobang Jepang!
Duh, kapan lagi ya bisa ke sini … ?
Semoga!
Liputannya cukup lengkap. Ada monyetnya pula.
Tapi sayang ga bisa diluluskan.
Ga ada foto saya.
SukaSuka
Hahahahaaaa … Pakdeeeeeeeeeee ono ono wae
SukaSuka
aku sdh pernah ke sini, agak merinding saat masuk gua, temanku yg punya indra keenam malah melihat sesuatu
SukaSuka
… sama dong, heheheheeee
SukaSuka
keluarnya bisa puter balik lagi kok mas ke pintu masuk tadi, tapi kan klo lewat bisa dapet pemandangan baru, salam kenal dari Batam š
SukaSuka
… ya benar … salam kembali … happy traveling
SukaSuka
gak horror,, tapi kalau sendiri agak seram juga ya pak,, mana yang betol? hahahhaha
poto ku gk ada masukkk.. sedih lah awak. š
SukaSuka
gak horror,, tapi kalau sendiri agak seram juga ya pak,, mana yang betol? hahahhaha
poto ku gk ada masukkk.. sedih lah awak.š
SukaSuka
… rudi dimanaaaaaaaaaa emangnyaaaaa???
SukaSuka
Mas, minta fotone..ya..yang ada akoe…kebayang pak de naik tangga pas keluar lobang Jepang haha..ngosngosan
SukaSuka
… justru Pakde yg paling kuat loh … blusukan goa … hehehee
SukaSuka